KELAS : 3EA12
NPM : 15209260
Jurnal 1
Santi Indra Astuti
Melembagakan Social Enterpreneurship Di Lingkungan Perguruan Tinggi
2008
Tema: Kemiskinan
Latar belakang masalah: Kemiskinan sesungguhnya telah menjadi masalah dunia sejak berabad-abad lalu. Namun, realitasnya, hingga kini kemiskinan masih menjadi bagian dari persoalan terberat dan paling krusial di dunia ini. Teknologi boleh semakin maju, negara-negara merdeka semakin banyak, dan negara-negara kaya boleh saja kian bertambah (pun semakin kaya!). Tetapi, jumlah orang miskin di dunia tak kunjung berkurang. Kemiskinan bahkan telah bertransformasi menjadi wajah teror yang menghantui dunia.
Bagaimana gambaran kemiskinan yang melingkupi kita saat ini? Data World Bank 2006 menunjukkan, setidaknya terdapat 1,1 milyar penduduk miskin di dunia. Jumlah penduduk miskin di Indonesia (yang dikategorikan supermiskin oleh World Bank) pada tahun 2007 mencapai 39 juta orang atau 17,75 persen dari total populasi. Untuk wilayah Jawa Barat, yang punya cita-cita meningkatkan poin IPM menjadi 80 pada 2008, jumlah penduduk miskin mencapai 5,46 juta orang, atau sekitar 13,55 persen dari total penduduk miskin di Indonesia. Memprihatinkan, karena data ini memperlihatkan adanya peningkatan penduduk miskin di Jawa Barat sebanyak 317.000 orang! Ini berarti, program-program pengentasan kemiskinan yang digagas pemerintah pusat maupun daerah telah gagal mengentaskan penduduk Jawa Barat dari cengkeraman kemiskinan.
Seiring berkembangnya pemikiran bahwa kemiskinan adalah masalah struktural, maka upaya untuk mengatasi kemiskinan pun kini dikaitkan dengan perbaikan sistem dan struktur, tidak semata-mata bertumpu pada aksi sesaat berupa crash program. Sebuah upaya yang kini populer adalah mengembangkan konsep social enterpreneurship (selanjutnya disingkat SE—pen.), atau kewirausahaan sosial, yang bermaksud menggandengkan kekuatan kapitalisme dengan komitmen sosial bagi komunitas di sekitarnya.
Bagaimana gambaran kemiskinan yang melingkupi kita saat ini? Data World Bank 2006 menunjukkan, setidaknya terdapat 1,1 milyar penduduk miskin di dunia. Jumlah penduduk miskin di Indonesia (yang dikategorikan supermiskin oleh World Bank) pada tahun 2007 mencapai 39 juta orang atau 17,75 persen dari total populasi. Untuk wilayah Jawa Barat, yang punya cita-cita meningkatkan poin IPM menjadi 80 pada 2008, jumlah penduduk miskin mencapai 5,46 juta orang, atau sekitar 13,55 persen dari total penduduk miskin di Indonesia. Memprihatinkan, karena data ini memperlihatkan adanya peningkatan penduduk miskin di Jawa Barat sebanyak 317.000 orang! Ini berarti, program-program pengentasan kemiskinan yang digagas pemerintah pusat maupun daerah telah gagal mengentaskan penduduk Jawa Barat dari cengkeraman kemiskinan.
Seiring berkembangnya pemikiran bahwa kemiskinan adalah masalah struktural, maka upaya untuk mengatasi kemiskinan pun kini dikaitkan dengan perbaikan sistem dan struktur, tidak semata-mata bertumpu pada aksi sesaat berupa crash program. Sebuah upaya yang kini populer adalah mengembangkan konsep social enterpreneurship (selanjutnya disingkat SE—pen.), atau kewirausahaan sosial, yang bermaksud menggandengkan kekuatan kapitalisme dengan komitmen sosial bagi komunitas di sekitarnya.
Masalah : Bertitiktolak dari latar belakang permasalahan, maka masalah dalam makalah ini dapat dirumuskan sbb. “Bagaimana melembagakan konsep SE di lingkungan perguruan tinggi untuk membantu mengatasi masalah kemiskinan?” Permasalahan yang general ini kemudian dibagi menjadi beberapa identifikasi permasalahan, sbb.
Bagaimana konsep SE diterjemahkan sebagai bagian dari Tri Dharma Perguruan Tinggi?
Bagaimana rumusan skema langkah-langkah dalam melembagakan SE di lingkungan perguruan Tinggi?
Bagaimana konsep SE diterjemahkan sebagai bagian dari Tri Dharma Perguruan Tinggi?
Bagaimana rumusan skema langkah-langkah dalam melembagakan SE di lingkungan perguruan Tinggi?
Tujuan Penelitian : Tujuan utama penulisan adalah menggambarkan bagaimana kemiskinan dapat coba diatasi melalui peran perguruan tinggi lewat strategi pelembagaan SE. Tujuan ini secara spesifik terbagi menjadi: Penerjemahan konsep SE sebagai bagian dari Tri Dharma Perguruan Tinggi.
Perumusan skema langkah-langkah dalam melembagakan SE di lingkungan Perguruan Tinggi. Manfaat yang bisa diperoleh dari karya tulis ini adalah sbb. Pada level praktis, penelitian ini memperlihatkan sebuah skema yang applicable untuk melembagakan konsep SE di lingkungan Perguruan Tinggi. Pada level sosial, melalui skema SE Unisba dapat turut serta menyumbangkan alternatif solusi mengatasi persoalan-persoalan kemiskinan, terutama di lingkungannya.
Perumusan skema langkah-langkah dalam melembagakan SE di lingkungan Perguruan Tinggi. Manfaat yang bisa diperoleh dari karya tulis ini adalah sbb. Pada level praktis, penelitian ini memperlihatkan sebuah skema yang applicable untuk melembagakan konsep SE di lingkungan Perguruan Tinggi. Pada level sosial, melalui skema SE Unisba dapat turut serta menyumbangkan alternatif solusi mengatasi persoalan-persoalan kemiskinan, terutama di lingkungannya.
Metodologi Penelitian
- Data Sampel dan Populasi: Data World Bank 2006 menunjukkan, setidaknya terdapat 1,1 milyar penduduk miskin di dunia. Jumlah penduduk miskin di Indonesia (yang dikategorikan supermiskin oleh World Bank) pada tahun 2007 mencapai 39 juta orang atau 17,75 persen dari total populasi. Untuk wilayah Jawa Barat, yang punya cita-cita meningkatkan poin IPM menjadi 80 pada 2008, jumlah penduduk miskin mencapai 5,46 juta orang, atau sekitar 13,55 persen dari total penduduk miskin di Indonesia. Memprihatinkan, karena data ini memperlihatkan adanya peningkatan penduduk miskin di Jawa Barat sebanyak 317.000 orang.
- Data: Pengumpulan data yang digunakan oleh penelitian ini adalah
a. pengumpulan data primer: wawancara / kuesioner, observasi / pengamatan langsung
b. Pengumpulan data sekunder: survey instansi, studi literature - Variabel: Penduduk di Jawa Barat
- Tahap Penelitian:
1. Melihat dari data World Bank 2. Peningkatan penduduk miskin di Jawa Barat
3. Melihat gagalnya program-program pengentasan kemiskinan yang digagas pemerintah pusat maupun daerah
4. Mengembangkan konsep social entrepreneurship
- Hasil dan Analisa:
1. Untuk lingkup eksternal, PT perlu meningkatkan intensitas komunikasi dan interaksi dengan pihak-pihak terkait seperti Pemda, sesama PT, pihak swasta, atau para pebisnis yang punya concern terhadap perubahan sosial lewat program-program CSR.
2. Pada lingkup internal kelembagaan, PT perlu sesegera mungkin melakukan initial assesment dan mengonsolidasikan resources-nya sebagai persiapan awal untuk berkiprah dalam upaya penanggulangan kemiskinan.
2. Pada lingkup internal kelembagaan, PT perlu sesegera mungkin melakukan initial assesment dan mengonsolidasikan resources-nya sebagai persiapan awal untuk berkiprah dalam upaya penanggulangan kemiskinan.
Jurnal ke 2
Gatot Winoto
Pola Kemiskinan di Pemukimana Nelayan Kelurahan Dompak Kota Tanjungpinang
2006
Tema: Kemiskinan
Latar belakang masalah: Kemiskinan perkotaan merupakan salah satu isu pembangunan yang kompleks dan kontradiktif. Kemiskinan dipandang sebagai dampak ikutan dari pembangunan dan bagian dari masalah dalam pembangunan. Keberadaan kemiskinan ditandai dengan adanya pengangguran, keterbelakangan, dan ketimpangan antar wilayah. Sebagai ibukota Kepulauan Riau, Kota Tanjungpinang tidak dapat
terhindar dari fenomena kemiskinan. Kemiskinan di Kota Tanjungpinang
ditunjukkan dengan adanya permukiman-permukiman kumuh serta liar, serta
adanya golongan masyarakat yang masuk kategori keluarga miskin yang
disebabkan oleh keterbatasan ekonomi, sosial dan politik dari masing-masing
keluarga miskin tersebut. Fenomena ini ditunjukkan dengan terdapatnya beberapa kepala keluarga yang secara ekonomi tidak dapat memenuhi kebutuhan primer
anggota keluarganya. Selain itu, tingkat pendidikan masyarakat rendah sehingga
mereka sulit memperoleh pekerjaan dengan hasil yang memadai atau mencukupi
kebutuhan keluarganya. Terdapat pula sejumlah keluarga yang tingkat
kesehatannya rendah sehingga menghambat mereka untuk bekerja. Kemiskinan yang dialami oleh keluarga miskin di permukiman nelayan Kelurahan Dompak terjadi karena faktor yang timbul dari dalam diri sendiri dan faktor lingkungan setempat. Kemiskinan timbul dari diri sendiri karena pola hidup
masyarakat yang tidak peduli akan kebersihan lingkungan, dan tidak adanya
kesadaran hidup sehat. Sedangkan faktor lingkungan maksudnya pendapatan
nelayan tidak tetap berdasarkan kondisi cuaca yang cocok untuk melaut.
Oleh karena itu, untuk menyikapi kondisi kemiskinan yang terjadi di
permukiman nelayan Kelurahan Dompak Kota Tanjungpinang ini maka perlu
dilakukan suatu tindakan peningkatan taraf hidup masyarakat setempat dengan
cara meminimalisir faktor penyebab terjadinya kemiskinan masyarakat setempat
Masalah: Permukiman nelayan di Kelurahan Dompak, Kota Tanjungpinang,
merupakan salah satu kawasan yang minim aktivitas perkotaan dengan mayoritas
penduduknya bekerja sebagai nelayan. Minimnya pendapatan sebagian besar
penduduk yang diperoleh dari mata pencahariannya sebagai nelayan
menyebabkan mayoritas penduduk di Kelurahan Dompak masuk ke dalam
kategori keluarga miskin. Oleh karena itu, sebagai salah satu upaya pengentasan kemiskinan yang
terjadi di permukiman nelayan Kelurahan Dompak Kota Tanjungpinang ini maka
perlu dilakukan suatu penelitian dengan pertanyaan penelitian sebagai berikut:
“Bagaimanakah pola kemiskinan yang terdapat pada permukiman nelayan
di Kelurahan Dompak Tanjungpinang serta faktor apa saja yang
berpengaruh terhadap pembentukan pola kemiskinan di kawasan tersebut?”
Penelitian ini guna mengetahui bagaimana kemiskinan di permukiman
nelayan Kelurahan Dompak Kota Tanjungpinang. Sehingga apabila pengentasan
kemiskinan dilakukan sesuai dengan pola kemiskinan dan faktor penyebabnya
masing-masing, maka upaya pengentasan tersebut dapat lebih optimal. Dengan
cara meminimalisir faktor penyebab terjadinya kemiskinan masyarakat setempat
maka dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat setempat.
Tujuan penelitian: Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pola kemiskinan dan faktorfaktor yang mempengaruhi timbulnya kemiskinan di permukiman nelayan
Kelurahan Dompak Kota Tanjungpinang. Untuk melihat dengan jelas dan komprehensif tentang kemiskinan di permukiman nelayan Kelurahan Dompak, Kota Tanjungpinang, maka sasaran yang hendak dicapai melalui penelitian ini adalah:
1. Mengidentifikasi karakteristik masyarakat di permukiman nelayan Kelurahan
Dompak Kota Tanjungpinang;
2. Mengidentifikasi kondisi fisik kawasan permukiman nelayan Kelurahan
Dompak Kota Tanjungpinang;
3. Analisis indikasi kemiskinan di permukiman nelayan Kelurahan Dompak Kota
Tanjungpinang;
4. Analisis pola kemiskinan di pemukiman nelayan Kelurahan Dompak Kota
Tanjungpinang;
5. Analisis faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya kemiskinan di
permukiman nelayan Kelurahan Dompak.
Metodologi Penelitian :
- Data Sampel dan Populasi: Pengambilan studi kasus di Kelurahan Dompak ini, dikarenakan oleh Kelurahan Dompak di anggap dapat mewakili kelurahan-kelurahan lainnya yang setingkat. Daerah ini memiliki keluarga miskin sekitar 47% dari jumlahkeseluruhan penduduknya. Selain itu, Kelurahan Dompak sangat dipengaruhi olehfungsi dan lokasi dari Kota Tanjungpinang dan 47,3% penduduk di Kelurahan Dompak masuk ke dalam kategori keluarga miskin.
- Data: Pengumpulan data yang digunakan oleh penelitian ini adalah
c. pengumpulan data primer: wawancara / kuesioner, observasi / pengamatan langsung
d. Pengumpulan data sekunder: survey instansi, studi literatur
- Variabel: Penduduk Kelurahan Dompak
- Tahap Penelitian:
Penelitian ini secara garis besar dibagi menjadi empat tahap utama, yaitu:
a. Tahap persiapan
b. Tahap kajian atau penelitian kepustakaan atau penelusuran literatur. Kajian
atau penelitian kepustakaan merupakan kegiatan penelitian
c. Penelitian Lapangan
d. Kegiatan inventarisasi dan analisis data
e. Penyusunan laporan penelitian
- Model Penelitian
a. Matematis: Untuk menentukan besarnya sampel digunakan rumus:
S = N z P (1 – P )
Nd + z P (1 – P )
Dimana : N = Populasi (147)
z = Nilai realibiltas (dengan dk = 95%, maka z = 1,96)
P = Objek yang akan diteliti (20 %)
d = Nilai error (5 %)
- Hasil dan analisa
Dilihat dari kondisi sosial dan masyarakat di permukiman nelayan di
Kelurahan Dompak dapat dilakukan analisis bagaimana pola kemiskinan yang
terdapat di permukiman nelayan tersebut:
a. Kemiskinan sub-sistensi
b. Kemiskinan Perlindungan
c. Kemiskinan Pemahaman
Jurnal 3
Haryo Prabancono
Pendidikan Dalam Mengentaskan Kemiskinan Masyarakat Pedesaan
2009
Tema: Kemiskinan
Latar Belakang: Dewasa ini, penting bagi setiap warga negara beserta pemerintah untuk saling bekerjasama memfokuskan perhatian mereka dalam memberantas kemiskinan yang terjadi terutama pada masyarakat pedesaan dimana mereka banyak menghadapi dan dihadapi oleh beragam masalah yang terjadi, diantaranya adalah kurangnya peran serta pemerintah secara nyata dalam ‘mengurus’ kepentingan dan kebutuhan masyarakat pedesaan, wilayah tempat tinggal mereka yang terisolasi baik terhadap dunia luar maupun terhadap akses-akses yang seharusnya mereka nikmati sebagai fasilitas negara terutama akses akan sumber daya terlebih pendidikan, sehingga berdampak pada pertumbuhan dan kemajuan desa menjadi relatif lambat. Selain itu, mereka berpandangan sempit bahwa pendidikan bukanlah segalanya. Hal ini, menyebabkan mereka mengalami krisis motivasi dan keinginan akan kebutuhan pendidikan yang berujung pada rendahnya kualitas dan kuantitas pendidikan di tingkat masyarakat pedesaan.
Maka dari itu, diperlukan pula usaha dalam meningkatkan kesadaran masyarakat pedesaan akan pentingnya pendidikan dalam menyiapkan generasi yang berkualitas untuk kepentingan masa depan desa yang terkait dengan eksistensi serta keberlangsungan hidup dalam rangka mengentaskan kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan kehidupan yang berkelanjutan baik bagi masyarakat di pedesaan pada khususnya maupun bangsa pada umumnya, hingga menjadikan pendidikan sebagai kebutuhan pokok dalam kehidupan mereka dalam mengembangkan kreativitas dan inovasi.
Pada kenyataannya, masih banyak masyarakat Indonesia khususnya mereka yang berada di pedesaan belum mengenyam pendidikan. Padahal, secara bersama-sama pemerintah pusat dan pemerintah daerah mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam upaya mencerdaskan bangsa.
Maka dari itu, diperlukan pula usaha dalam meningkatkan kesadaran masyarakat pedesaan akan pentingnya pendidikan dalam menyiapkan generasi yang berkualitas untuk kepentingan masa depan desa yang terkait dengan eksistensi serta keberlangsungan hidup dalam rangka mengentaskan kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan kehidupan yang berkelanjutan baik bagi masyarakat di pedesaan pada khususnya maupun bangsa pada umumnya, hingga menjadikan pendidikan sebagai kebutuhan pokok dalam kehidupan mereka dalam mengembangkan kreativitas dan inovasi.
Pada kenyataannya, masih banyak masyarakat Indonesia khususnya mereka yang berada di pedesaan belum mengenyam pendidikan. Padahal, secara bersama-sama pemerintah pusat dan pemerintah daerah mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam upaya mencerdaskan bangsa.
Masalah: Dengan melihat latar belakang yang telah dikemukakan, maka beberapa masalah yang dapat dirumuskan dan akan dibahas dalam makalah ini adalah :
1. Apa pengertian pendidikan dan manfaat pendidikan bagi masyarakat pedesaan serta kendala-kendala pada bidang pendidikan?
2. Bagaimana pendidikan dalam mengentaskan kemiskinan pada masyarakat pedesaan?
1. Apa pengertian pendidikan dan manfaat pendidikan bagi masyarakat pedesaan serta kendala-kendala pada bidang pendidikan?
2. Bagaimana pendidikan dalam mengentaskan kemiskinan pada masyarakat pedesaan?
Tujuan Penelitian: Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan makalah ini adalah :.
1. Mengetahui pengertian pendidikan dan manfaat pendidikan bagi masyarakat pedesaan serta kendala-kendala yang terjadi pada bidang pendidikan.
2. Mengetahui upaya pendidikan dalam mengentaskan kemiskinan terutama pada masyarakat pedesaan.
Adapun penggunaan penulisan ini adalah untuk menambah pengetahuan mengenai definisi masyarakat dan definisi desa yang lebih mendalam dari beberapa ahli serta bagaimana karakteristik masyarakat desa.
Mengetahui pengertian pendidikan dan manfaat pendidikan bagi masyarakat pedesaan serta mengetahua kendala-kendala apa saja yang terjadi dan yang dihadapi dalam bidang pendidikan.
Mengetahui apa saja upaya yang dilakukan dalam rangka mengentaskan kemiskinan yang terjadi pada masyarakat pedesaan.
Manfaat lain dari penulisan ini adalah untuk pemahaman lebih lanjut mengenai teori menulis ilmiah dan dapat digunakan sebagai literatur untuk menambah informasi terutama yang berhubungan dengan pendidikan dalam upaya mengentaskan kemiskinan masyarakat pedesaan.
1. Mengetahui pengertian pendidikan dan manfaat pendidikan bagi masyarakat pedesaan serta kendala-kendala yang terjadi pada bidang pendidikan.
2. Mengetahui upaya pendidikan dalam mengentaskan kemiskinan terutama pada masyarakat pedesaan.
Adapun penggunaan penulisan ini adalah untuk menambah pengetahuan mengenai definisi masyarakat dan definisi desa yang lebih mendalam dari beberapa ahli serta bagaimana karakteristik masyarakat desa.
Mengetahui pengertian pendidikan dan manfaat pendidikan bagi masyarakat pedesaan serta mengetahua kendala-kendala apa saja yang terjadi dan yang dihadapi dalam bidang pendidikan.
Mengetahui apa saja upaya yang dilakukan dalam rangka mengentaskan kemiskinan yang terjadi pada masyarakat pedesaan.
Manfaat lain dari penulisan ini adalah untuk pemahaman lebih lanjut mengenai teori menulis ilmiah dan dapat digunakan sebagai literatur untuk menambah informasi terutama yang berhubungan dengan pendidikan dalam upaya mengentaskan kemiskinan masyarakat pedesaan.
Metodologi Penelitian
- Data Sampel dan Populasi: Masyarakat pedesaan yang terberdayakan sebagai hasil pendidikan yang baik dapat memiliki nilai tambah dalam kehidupan yang tidak dimiliki oleh masyarakat yang tidak mengenyam pendidikan sama sekali.
- Variabel: Masyarakat pedesaan
- Tahap Penelitian:
a. Tahap persiapan
b. Tahap kegiatan survey
c. Penelitian lapangan
d. Kegiatan analisis data
e. Penyusunan laporan
- Hasil dan Analisa:
Hal ini yang menyebabkan kesadaran masyarakat di desa sangat kurang dan tidak antusias serta memahami akan pentingnya pendidikan.
Selain itu, kendala lain negara berkembang termasuk Indonesia, untuk masa yang lama menghadapi empat hambatan besar dalam bidang pendidikan, yaitu:
1. Peninggalan penjajah dengan masyarakat yang tingkat pendidikannya sangat rendah,
2. Anggaran untuk bidang pendidikan yang rendah dan biasanya kalah bersaing dengan kebutuhan pembangunan bidang lainnya,
3. Anggaran yang rendah biasanya diarahkan pada bidang-bidang yang justru menguntungkan mereka yang relatif kaya,
4. Karena anggaran rendah, dalam pengelolaan pendidikan biasanya timbul pengelolaan yang tidak efisien.
Selain itu, kendala lain negara berkembang termasuk Indonesia, untuk masa yang lama menghadapi empat hambatan besar dalam bidang pendidikan, yaitu:
1. Peninggalan penjajah dengan masyarakat yang tingkat pendidikannya sangat rendah,
2. Anggaran untuk bidang pendidikan yang rendah dan biasanya kalah bersaing dengan kebutuhan pembangunan bidang lainnya,
3. Anggaran yang rendah biasanya diarahkan pada bidang-bidang yang justru menguntungkan mereka yang relatif kaya,
4. Karena anggaran rendah, dalam pengelolaan pendidikan biasanya timbul pengelolaan yang tidak efisien.
- Rekomendasi:
1. Pemerintah seharusnya lebih memperhatikan pendidikan pada masyarakat pedesaan.
2. Masyarakat pedesaan sebaiknya sadar dan aktif dalam mencari informasi dan mengenyam pendidikan sedini mungkin.
3. Masyarakat ikut berpartisipasi bersama pemerintah dalam mewujudkan pemerataan akses pendidikan dalam usaha mengentaskan kemiskinan pada masyarakat pedesaan khususnya dan desa besarta negara pada umumnya.
1. Pemerintah seharusnya lebih memperhatikan pendidikan pada masyarakat pedesaan.
2. Masyarakat pedesaan sebaiknya sadar dan aktif dalam mencari informasi dan mengenyam pendidikan sedini mungkin.
3. Masyarakat ikut berpartisipasi bersama pemerintah dalam mewujudkan pemerataan akses pendidikan dalam usaha mengentaskan kemiskinan pada masyarakat pedesaan khususnya dan desa besarta negara pada umumnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar